A.
Judul
Peningkatan Hasil Belajar Ssiwa dalam Pembelajaran IPA tentang Energi dan
Penggunaannya Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw Secara Terbimbing (PTK di
Kelas IV SD Negeri 2 Cimerak, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun
Pelajaran 2009/2010)
B.
Nama Penulis
Sutarman Alia Permana, S.Pd.SD.
C.
Bidang Kajian
IPA
D.
Abstrak
Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah meningkatkan minat dan hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran Jigsaw. Dalam pembelajaran IPA tentang Energi dan
penggunaanya mendapat hasil belajar dengan rata-rata kelas yang belum mencapai
KKM yang ditentukan. Maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajarannya
bermasalah. Peneliti melibatkan Teman sejawat untuk menelaah, mengobservasi
serta bersama peneliti mencari jalan keluarnya.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 2
Cimerak Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis, Provinsi Jabar.Penelitian ini
dilakukan oleh guru di kelas tersebut. Dengan Siswa yang diteliti terdiri dari
33 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 20 anak perempuan. Penelitian
dilaksanakan di kelas IV tahun pelajaran 2009/2009 semester 2 (dua)
dengan bahan kajian Energi dan Pengunaannya. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari 2009 sampai bulan Maret 2009.
Pelaksanaan PTK IPA kelas IV semester 2 ini dilaksanakan dalam 3 siklus
masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap pengumpulan data, dan tahap refleksi. Metode yang digunakan
adalah model pembelajaran Kooperatif Jigsaw. Penggunaan metode tersebut
dikarenakan adanya kurang berhasilnya pembelajaran IPA pada KD energi dan
penggunaanya.
Dengan latar belakang data prestasi siswa awal yang lulus nilai KKM
sebesar 36,4 % kemudian setelah diupayakan perbaikan pembelajaran dimulai dari
siklus I prestasi sudah meningkat menjadi 70,1% dilanjutkan lagi siklus kedua
prestasinya meningkat lagi kelulusan nilai KKM sebesar 66,4% di siklus ke tiga
kelulusan semakin meningkat sebesar 75,61%
E.
Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Pada tahap awal, peneliti melakukan observasi bersama kolaborator pada
kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang energi dan penggunaannya di
kelas IV SD Negeri 2 Cimerak pada semester II tahun pelajaran 2009/2010.Dalam
kegiatan obeservasi ini, peneliti bersama kolaborator mencatat semua hal yang
terjadi pada kegiatan pembelajaran, dalam rangka untuk identifikasi
masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pembelajaran.Hasil obeservasi yang
dilakukan selama tiga kali kegiatan pembelajaran IPA, dijumpai hal-hal sebagai
berikut.
1. Siswa terlihat malas belajar, suka bermain dalam kelas.
2. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kurang.
3. Hasi dan pemahaman belajar siswa tidak memenuhi standar KKM yang
diharapkan.
Langkah selanjutnya peneliti mengadakan wawancara terhadap siswa, teman
sejawat, dan kepala sekolah di lingkungan SD Negeri 2 Cimerak dan diperoleh
keterangan sebagai berikut.
1. Faktor dari luar sebagian orang tua siswa kurang mendukung anak dalam
belajar.
2. Faktor dari sekolah kurangnya sarana prasarana yang digunakan.
3. Dari guru belum memanfaatkan secara maksimal penggunaan alat peraga.
Mata Pelajaran IPA untuk Kompetensi Dasar energi dan penggunaannya telah
ditetapkan KKM -nya adalah 63, namun dari 33 siswa yang ada, hanya 11 siswa
yang mendapat nilai ≥ 65. Hal ini menjadikan pembelajaran dapat dikatakan tidak
berhasil, sehingga perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Diharapkan setelah penelitian berlangsung nilai rata-rata 6,2 pada awal
pembelajaran dapat berubah menjadi 65 dikarenakan sudah menggunakan model kooperatif
tipe jigsaw dalam pembelajarannya.
Begitu juga dengan motivasi siswa akan meningkat terhadap pelajaran IPA pada
khususnya.
Penyebab rendahnya hasil belajar siswa bukan hanya berasal dari kegiatan
pembelajaran di kelas, lingkungan masyarakat sekitar dan lingkungan keluarga
siswa juga ikut berperan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.Perhatian
orang tua siswa terhadap belajar anaknya di tempat peneliti mengajar sangat
kurang.Orang tua siswa rata-rata bekerja sebagai petani dan pedagang kecil di
pasar sehingga bekerja sebelum anaknya berangkat sekolah.Keadaan ini
menyebabkan pada saat berangkat sekolah siswa tidak ada yang memperhatikan kebutuhannya.Sehingga
motivasi belajar kurang.Belum lagi pada malam hari siswa tidak dibiasakan untuk
dibantu dalam belajar.Sehingga pada saat sekolah banyak siswa yang tidak
mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Sarana prasarana sekolah sebenarnya cukup memadai bagi terselenggaranya
pendidikan yang baik.Suasana sekolah juga sangat kondusif pada saat aktivitas
pembelajaran dilaksanakan. Ditinjau dari sisi proses pembelajaran di kelas,
peneliti menyadari kesalahan-kesalahan yang peneliti lakukan, antara lain
penggunaan metode yang tidak sesuai, kurangnya kemampuan guru untuk menggali
pengalaman siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran dengan fakta di
lapangan yang sering dijumpai siswa, kurangnya penggunaan media sebagai proses
adaptasi pengalaman siswa dengan konsep yang dipelajari, serta proses
pembelajaran yang berpusat pada guru. Hanya masalah yang terkait dengan proses
pembelajaran di kelas yang dapat peneliti perbaiki, untuk meningkatkan hasil
belajar siswa peneliti menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran IPA
terlebih dahulu sehingga timbul perhatian dan rasa suka terhadap IPA.
Penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan difokuskan pada tumbuhnya
minat siswa terhadap pembelajaran IPA sehingga hasil belajar dapat
ditingkatkan.Untuk itu peneliti menerapkan model kooperatif tipe jigsaw. Model kooperatif tipe jigsaw, sebenarnya sering ditemui siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Perbaikan pembelajaran akan peneliti lakukan
melalui pola penelitian tindakan kelas.
Agar permasalahan dapat dipecahkan, maka peneliti atau guru perlu
melakukan tindakan yaitu melakukan pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw pada kelompok yang terdiri dari
lima anak dipilih secara acak. Hal ini agar dapat meningkatkan motivasi siswa. Pada
tindakan kedua melakukan pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw pada kelomok kecil yang terdiri
dari dua anak.Agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tindakan pertama dan
kedua dilakukan bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
b. Identifikasi Masalah
Dari sisi proses pembelajaran di kelas, peneliti menyadari
kesalahan-kesalahan yang peneliti lakukan sehingga hasil belajar siswa tidak
maksimal. Hasil identifikasi terhadap proses pembelajaran IPA yang peneliti
laksanakan memperlihatkan beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa, antara
lain:
1. siswa kurang memperhatikan penjelasan guru;
2. motivasi belajar siswa rendah;
3. ada beberapa siswa bermain saat guru menjelaskan;
4. siswa pasif dalam pembelajaran.
Peneliti bersama kolaborator melakukan analisis terhadap penyebab
timbulnya masalah tersebut dilihat dari peneliti atau pengajar, yaitu sebagai
berikut.
1. Pada awal pembelajaran guru belum dapat memfokuskan siswa.
2. Guru belum memaksimalkan penggunaan alat peraga.
3. Guru belum mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
4. Guru menyampaikan materi secara klasikal.
5. Guru dalam pembelajaran menggunakan metode yang kurang vareatif,
sehingga siswa menjadi jenuh dalam pembelajaran.
Setelah berdiskusi dengan pengamat yang merupakan teman sejawat
berdasarkan hasil observasi, penyebab permasalahan siswa dalam pembelajaran
maka diambil beberapa tindakan yang merupakan alternatif pemecahan masalah,
yakni sebagai berikut.
1. Pada awal pembelajaran guru
menarik perhatian siswa dengan menggunakan alat peraga.
2. Guru menggunakan alat peraga secara efektif.
3. Pada pembelajaran guru melibatkan siswa untuk aktif dalam belajar.
4. Dalam menyampaikan materi guru sebaiknya membimbing siswa untuk mencapai
pemahaman tertentu dengan membuat kesimpulan.
5. Dalam pembelajaran menggunkan berbagai macam metode sesuai kondisi anak
pada saat pembelajaran berlangsung dan yang sesuai dengan materi yang
diajarkan, sehingga pembelajaran akan menjadi efektif dan efisien.
c. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan isi penelitian tindakan
kelas ini maka peneliti membatasi permasalahan penelitian sebagai berikut.
1. Model kooperatif tipe jigsaw terbimbing
2. Media sederhana
3. Minat belajar siswa
4. Mata pelajaran IPA
d. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil obeservasi dan wawancara, analisis penyebab timbulnya
masalah, dan alternatif tindakan pemecahan masalah diatas, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut “Apakah melalui model belajar kooperatif tipe jigsaw (expert group/kelompok ahli) dapat meningkatkan hasil dan pemahaman
belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang energi dan penggunaanyadi kelas IV
SD Negeri 2 Cimerak, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis pada semester II tahun
pelajaran 2009/2010? “
e. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menumbuhkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
2. Tujuan Khusus
Menumbuhkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
melalui penerapan model kooperatif tipe jigsaw
di kelas IV SD Negeri 2 Cimerak, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
F. Kajian Teori
a.
Hakikat IPA
IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana
disiplin ilmu lainnya.Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga
mempunyai ciri husus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu
pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan
hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara
sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah
dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
1.
IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA
dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan
prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh : nilai ilmiah
”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami
perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat
dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat
dikembalikan ke sifat semula.
2.
IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam.
3.
IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara
yang satu dengan cara yang lain
4.
IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling
berkaitan.
Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut(Depdiknas, 2006).
Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut(Depdiknas, 2006).
5.
IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses,
aplikasi dan sikap.
Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah
dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.Sikap merupakan rasa ingin tahu
tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar.Pengembangan dan Pembelajaran IPA.
b. Hakikat Belajar IPA
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik
IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.
Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD Sesuai dengan karakteristik IPA,
IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya
berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada
kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan
berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah
memiliki karakteristik tersendiri.
Uraian karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut.
1.
Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat
indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Contoh :
untuk mempelajari pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian
kegiatan yang melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran
benda (panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang diukur
dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran kuantitatif yang
akurat.
2.
Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai
macam cara (teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
3.
Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama
untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera
manusia itu sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data
yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan
hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektifitas. Contoh
: pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur suhu
yaitu termometer.
4.
Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan
temu ilmiah (misal seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan,
mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan
tersebut kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan
kebenaran temuan yang benar-benar obyektif.
Contoh : sebuah temuan ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya.
Contoh : sebuah temuan ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya.
5.
Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA
merupakan sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk
siswa. Dalam belajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan
pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam,
menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan
mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan secara fisik saja tidak
cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir
melalui kebiasaan berpikir dalam belajar IPA.
Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa
pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Keaktifan dalam belajar IPA terletak
pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif
berpikir atau mindson (NRC, 1996:20).
c.
Hasil Belajar
Dalam kaitannya dengan ini hasil belajar yang
diharapkan peneliti meliputi ketiganya. Kognitif siswa dalam IPA dapat
meningkat dengan ditunjukkan pada nilai dalam evaluasi melebihi KKM IPA 63,
afektif siswa ditunjukkan dengan sikap positif siswa terhadap IPA, timbul
minatnya terhadap pelajaran IPA, serta menghilangkan anggapan bahwa IPA adalah
pelajaran yang sulit. Sedangkan psikomotor siswa meningkat dengan terampil
berhitung dan mengukur.
Hasil belajar yang ingin peneliti capai pada
penelitian ini meliputi :
1.
hasil belajar kognitif, yang ditunjukkan siswa melalui
nilai formatif dapat melebihi KKM IPA 63,
2.
hasil belajar afektif, yaitu tumbuhnya minat siswa
dalam pembelajaran IPA,
3.
psikomotor, yaitu meningkatkan keterampilan berhitung
dan mengukur siswa.
d.
Penggunaan Model Kooperatif
Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran IPA
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di
dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran
kooperatif menurut Lie (2004) adalah 1. Saling ketergantungan positif,
2.Interaksi tatap muka, 3.Akuntabilitas Individual dan, 4.Ketrampilan untuk
menjalani hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja
diajarkan.
Pada pelaksanaan pembelajaran kali ini peneliti mengambil model
kooperatif dengan tipe jigsaw.Tipe ini
dikembangkan Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan melalui metode Jigsaw.Adapun
langkah-langkahnya:
1.
Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya
terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen
2.
Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk
teks, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari
bahan atau akademik tersebut.
3.
Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki
tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan
selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan tersebut. Kumpulan
siswa semacam itu disebut “Kelompok Pakar“ (Expert Grup)
4.
Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok
pakar kembali kepada kelompok semula (home time) untuk mengajar anggota lain
mengenai yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
5.
Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home
time”, para siswa di evaluasi secara individual mengenai bahan yang telah
dipelajari. Dalam metode Jigsaw versi Slavin, pemberian skor seperti dilakukan
seperti dalam metode Stad. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi
penghargaan oleh guru.
5.
Metodologi Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IV
SD Negeri 2 Cimerak Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis karena peneliti adalah
guru di kelas tersebut.
b.
Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian, yaitu tahun pelajaran
2009/2010pada semester 2 (dua) dengan bahan kajian Energi dan Penggunaannya.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2009 sampai bulan Maret 2009.
c.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini (PTK) ini yang
menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Cimerak Kecamatan Cimerak
Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan jumlah 33 siswa, banyaknya
siswa laki-laki 13 siswa dan banyaknya siswa perempuan 20 siswa.
d.
Sumber Data
1. Sumber data primer
Sumber data primer diambil dari hasil observasi minat siswa terhadap
proses pembelajaran IPA yang dilakukan, dan nilai hasil belajar pada akhir
siklus 1 dan siklus 2.
2. Sumber data sekunder
Sumber data ini diperoleh dari learning log yang ditulis oleh
siswa sendiri tentang proses pembelajaran IPA yang telah dilakukan, juga hasil
wawancara guru ke siswa menanggapi proses pembelajaran.
e.
Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada
penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.
teknik tes untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran,
2.
teknik pengamatan untuk melihat minat siswa terhadap
pembelajaran IPA menggunakan metode terbimbing dan menggunakan media sederhana,
3.
teknik wawancara untuk mendapat pengalaman langsung
siswa terhadap proses pembelajaran dan
4.
learning log untuk mendapatkan umpan balikan dari pembelajaran yang dilaksanakan.
Sedangkan alat pengumpul data pada penelitian tindakan
kelas ini adalah :
1.
Tes tertulis, berupa tes isian dan uraian dengan
materi keliling bangun datar.
2.
Lembar pengamatan untuk melihat tingkat minat belajar
siswa dengan komponen yang dilihat meliputi perilaku guru dan siswa dalam
pembelajaran oleh observasi, yaitu:
1) Guru, meliputi apersepsi, cara memotivasi siswa, mengarahkan siswa,
penguasaan kelas, persebaran pertanyaan, dan kemampuan merangkum materi.
2) Siswa, meliputi inisiatif mengeluarkan pendapat, ketekunan, semangat,
disiplin, keaktifan, perhatian, kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan
menyimpulkan, kemampuan menghitung, kemampuan memahami bahasa, kemampuan
melakukan perintah, apresiasi pada mata pelajaran, rasa ingin tahu,
ketertarikan pada pembelajaran
3.
Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dibuat agar terjadi kerangka yang jelas tentang
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh guru atau observer terhadap
subjek (siswa).
4.
Lembar Learning Log
Dibuat lembar learning log agar siswa lebih mudah menuangkan ide-ide
atau kritik dan sarannya kepada proses pembelajaran yang baru saja dialami.
f.
Analisis Data
Setelah data diperoleh baik dari hasil wawancara,
learning log, observasi/pengamatan maupun tes tertulis, selanjutnya data
dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Pada prinsipnya analisis data
untuk mencari dan mengatur secara sistematis data yang terkumpul untuk kemudian
disimpulkan. Analisis data secara deskriptif kualitatif, dilakukan dengan
memperhatikan indikator-indikator yang terdapat dalam panduan observasi,
panduan pedoman wawancara, pedoman penilain yang merujuk pada permendiknas No.
20 tahun 2007 tentang pedoman penilaian.
6.
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
a.
Hasil Penelitian
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan menempuh langkah-langkah
seperti pada rincian di bawah, yang dilakukan secara kolaborasi dengan teman
sejawat.
1)
Merancang pembelajaran dengan penggunaan media
lingkungan sekitar sekolah yang akan menjadi tindakan PTK
2)
Penulis menghubungi supervisor sebagai pembimbing
pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
3)
Penulis koordinasi dengan teman sejawat untuk
mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran
4)
Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
5)
Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
6)
Menyusun instrumen observasi aktivitas siswa dan guru
dalam proses pembelajaran
7)
Menyusun lembar evaluasi laporan hasil riset siswa
secara tertulis dan secara lisan
8)
Menyusun soal evaluasi hasil belajar, dengan komposisi
60% soal yang berkaitan materi 40 % soal yang berkaitan dengan pengalaman hidup
siswa.
9)
Menyiapkan lembar refleksi hasil pembelajaran
10)
Indikator pada siklus I, 50 % siswa dalam satu kelas
memperoleh nilai ≥65 dalam kegiatan tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahapan Pertama (I)Eksplorasi
Siswa diberi motivasi agar mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep atau materi yang akan dibahas. Guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan problematis, tentang fenomena yang sering ditemui siswa
dalam kehidupan sehari-hari, yang sesuai dengan konsep atau materi yang akan
dibahas.
Tahapan kedua (II)
Guru Membagi kelas dalam kelompok dan dipilih 1 orang
yang ada dalam kelompok menjadi tim ahli. 1 ahli mempunyai anggota 2 s/d 3
anak.
Tahapan ketiga (III)Elaborasi
Guru meminta tim ahli sebagai expert group dari perwakilan kelompok untuk diberi pengarahan
tentang pelaksanaan pengamatan dalam mencari macam-macam benda yang berbeda
sifat yang terdapat dilingkungan sekitar sekolah untuk diisikan dilembar kerja
siswa. Siswa melakukan pengamatan diluar kelas.
Tahapan keempat (IV)
Bersama siswa guru membahas apa yang ditulis dari
lembar kerja siswa dengan mengidentifikasi perbedaan sifat ketiga benda
tersebut. Bersama siswa menyimpulkan
Tahapan kelima (V)Konfirmasi
Diambil dua kelompok kecil
dengan nilai terbaik dan aktif dalam pembelajaran untuk menerima
penghargaan.Diberikan juga penghargaan pada siswa yang aktif bertanya maupun
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pembelajaran.
Tahapan ketujuh (VI)
Pada akhir pembelajaran Guru
membagi lembar evaluasi, siswa mengerjakan evaluasi. Observasi dan reflesi
dilakukan pada saat pembelajaran sedang berlangsung.
Melalui penerapan model
pembelajaran ini, pemahaman siswa akan meningkat. Fokus pada pelajaran. Siswa
akan memiliki pengetahuan yang nyata. Tidak hanya di dengar tapi juga dilihat.
3. Tahap Pengamatan
Menurut pengamat, pembelajaran yang peneliti
laksanakan dalam kategori kurang sehingga minat siswa kurang dan pencapaian
hasil belajar tidak maksimal.Peneliti sudah menggunakan peraga yang tepat namun
kurang bervariasi.Siswa juga kurang aktif dalam pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Berdasarkan pengamatan dan hasil refleksi peneliti
menyadari adanya kekurangan dalam pembelajaran antara lain penerapan model kooperatiftipe jigsaw
belum maksimal penggunaannya. Peneliti masih mengejar target materi tidak
mengutamakan proses yang dari perencanaan sudah peneliti inginkan. Didukung
penggunaan media yang monoton dan kurang bervariasi.Tidak dapat menarik minat
siswa dalam pembelajaran.Data yang telah didapat, peneliti bagi menjadi 3
bagian. Data pertama berupa lembar pengamatan minat siswa dengan
rata-rata 3,1 dalam kategori cukup, data kedua berupa lembar
pengamatan penguasaan hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas 65 sama
dengan KKM IPA sebesar 64,1, persentase ketuntasan: 51% artinya dari 33 siswa
yang tuntas sebanyak 17 siswa sedangkan 13 siswa belum tuntas, data ketiga
berupa lembar pengamatan pembelajaran dalam kategori cukup.
Setelah mempelajari data-data yang telah terkumpul
serta hasil refleksi, peneliti menentukan langkah-langkah perbaikan
pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
1)
menerapkanmodel kooperatif tipe jigsaw pada kelompok kecil agar mengaktifkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
2)
menerapkanmodel kooperatif tipe jigsaw dengan memberikan penekanan pada pemberian penguatan dan
penghargaan agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga timbul
minat siswa dalam pembelajaran.
Siklus II
1.
Tahap Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti secara kolaborasi adalah
sebagai berikut.
1)
Merancang pembelajaran dengan penggunaan model kooperatif
tipe jigsaw yang akan menjadi tindakan PTK.
2)
Penulis koordinasi dengan teman sejawat untuk
mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
3)
Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
4)
Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
5)
Menyusun instrumen observasi aktivitas siswa dan guru
dalam proses pembelajaran.
6)
Menyusun lembar evaluasi laporan hasil riset siswa
secara tertulis dan secara lisan.
7)
Menyusun soal evaluasi hasil belajar, dengan komposisi
60% soal yang berkaitan materi 40 % soal yang berkaitan dengan pengalaman hidup
siswa.
8)
Menyiapkan lembar refleksi hasil pembelajaran
9)
Indikator pada siklus II, 60 % siswa dalam satu kelas
memperoleh nilai ≥65 dalam kegiatan tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah pembelajaran siklus II sebagai
berikut.
·
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
o Matahari
o Angin
|
o Air
o Panas
|
o
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan
o
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
· Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
o
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
o
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
o
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
o
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif;
o
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat
untuk meningkatkan prestasi belajar;
o
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
o
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil
kerja individual maupun kelompok;
o
Menyebutkan cara memanfaatkan energi matahari
o
Energi matahari diubah menjadi energi listrik dengan
alat sel surya
o
Digunakan langsung sebagai pemanas air di rumah dengan
alat panel listrik
o
Menyebutkan cara memanfaatkan energi angin, dan
memberikan contoh
o
Kapal layar
o
Kincir Angin
o
Menyebutkan cara memanfaatkan energi Air
o
Menyebutkan cara memanfaatkan energi Panas bumi
·
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
o
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
o
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Tahap Pengamatan
Menurut pengamat, pembelajaran yang peneliti laksanakan dalam kategori
baik sehingga membangkitkan minat siswa dan pencapaian hasil belajar
maksimal.Peneliti menggunakan peraga yang tepat dan bervariasi. Dan sangat
menarik perhatian siswa, sebagai indikasinya begitu guru memasuki ruang kelas
dengan membawa media yang akan digunakan dalam pembelajaran banyak siswa yang
bertanya apa yang akan dilakukan dengan membawa barang-barang tersebut. Rasa
ingin tahu siswa menumbuhkan minat siswa sehingga aktif dalam pembelajaran. Harapannya
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Tahap Refleksi
Pembelajaran yang peneliti laksanakan benar-benar dapat membangkitkan
minat siswa dalam pembelajaran. Sebagai indikasinya sejak peneliti memasuki
kelas dengan membawa media yang banyak membuat siswa bertanya apa yang akan
peneliti lakukan dengan barang-barang tersebut, padahal ini pelajaran IPA.
Pertanyaan-pertanyaan siswa tersebut membuktikan bahwa rencana peneliti untuk
menarik perhatian siswa berhasil. Apalagi setelah peneliti menjelaskan kegiatan
yang akan dilakukan siswa. Membuat siswa antusias ingin membuktikan apa yang
telah didemonstrasikan peneliti dan perwakilan siswa di depan kelas.
Pengumpulan data hasil tes formatif, peneliti laksanakan setelah
pelaksanaan pembelajaran hari Kamis, 24 Februari 2009 dengan dibantu
pengamat.Data yang telah didapat, peneliti bagi menjadi 3 bagian. Data pertama
berupa lembar pengamatan minat siswa dengan rata-rata 4,1 dalam kategori
baik sekali, data kedua berupa lembar pengamatan penguasaan hasil
belajar siswa dengan rata-rata kelas 70,15 telah melampaui indikator
kinerja yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini dan perolehan nilai
masing-masing siswa sudah 84% ≥ KKM IPA 64,1, persentase ketuntasan: 66,67%
artinya dari 33 siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa sedangkan 11 siswa belum
tuntas, data ketiga berupa lembar pengamatan pembelajaran dalam kategori
baik sekali.
Setelah mempelajari data-data yang terkumpul, peneliti menghentikan
penelitian sampai pada siklus II karena hasil belajar telah mencapai rata-rata
70,15 telah melampaui indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian
tindakan kelas ini dan perolehan nilai masing-masing siswa sudah 66% ≥ KKM IPA
65 dan aspek minat siswa telah mencapai kriteria baik, sudah sesuai dengan
target peneliti.
Siklus III
1.
Tahap Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti secara kolaborasi adalah
sebagai berikut.
1)
Merancang pembelajaran dengan penggunaan model kooperatif
tipe jigsaw yang akan menjadi
tindakan PTK
2)
Penulis koordinasi dengan teman sejawat untuk
mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran
3)
Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
4)
Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
5)
Menyusun instrumen observasi aktivitas siswa dan guru
dalam proses pembelajaran
6)
Menyusun lembar evaluasi laporan hasil riset siswa
secara tertulis dan secara lisan
7)
Menyusun soal evaluasi hasil belajar, dengan komposisi
60% soal yang berkaitan materi 40 % soal yang berkaitan dengan pengalaman hidup
siswa.
8)
Menyiapkan lembar refleksi hasil pembelajaran
9)
Indikator pada siklus II, 70 % siswa dalam satu kelas
memperoleh nilai ≥65 dalam kegiatan tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
o
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
![]() ![]() |
![]() ![]() |
o
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan
o
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
· Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
o
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
o
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
o
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
o
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif;
o
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat
untuk meningkatkan prestasi belajar;
o
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
o
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok:
·
Menyebutkan cara memanfaatkan energi matahari
·
Energi matahari diubah menjadi energi listrik dengan
alat sel surya
·
Digunakan langsung sebagai pemanas air di rumah dengan
alat panel listrik
o
Menyebutkan cara memanfaatkan energi angin, dan
memberikan contoh
· Kapal layar
· Kincir Angin
o
Menyebutkan cara memanfaatkan energi Air
o
Menyebutkan cara memanfaatkan energi Panas bumi
o
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
o
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
o
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
3.
Tahap Pengamatan
Menurut pengamat, pembelajaran yang peneliti laksanakan
dalam kategori baik.Minat siswa dan pencapaian hasil belajar maksimal.Peneliti
menggunakan peraga yang tepat dan bervariasi.Minat siswa sudah terbentuk.
4. Tahap Refleksi
Pengumpulan data hasil tes formatif, peneliti
laksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran hari Kamis, 24 Februari 2009 dengan
dibantu pengamat.Data yang telah didapat, peneliti bagi menjadi 3 bagian. Data
pertama berupa lembar pengamatan minat siswa dengan rata-rata 4,1 dalam
kategori baik sekali, data kedua berupa lembar pengamatan penguasaan
hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas 75,61 telah melampaui indikator
kinerja yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini dan perolehan nilai
masing-masing siswa sudah 81% ≥ KKM IPA 64,1, persentase ketuntasan: 81%
artinya dari 33 siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa sedangkan 6 siswa belum
tuntas, data ketiga berupa lembar pengamatan pembelajaran dalam kategori
baik sekali.
Setelah mempelajari data-data yang terkumpul, peneliti
menghentikan penelitian sampai pada siklus II karena hasil belajar telah
mencapai rata-rata 75,61 telah melampaui indikator kinerja yang ditetapkan
dalam penelitian tindakan kelas ini dan perolehan nilai masing-masing siswa
sudah 80,1% ≥ KKM IPA 64,1 dan aspek minat siswa telah mencapai kriteria baik
sekali, sudah sesuai dengan target peneliti.
b. Pembahasan
1.
Kondisi Awal
Kondisi awal subyek penelitian menunjukkan data nilai
rata-rata kelas adalah 62,42 dan tingkat ketuntasan siswa pada standar
kompetensi ini baru 36,6% dihitung dari seluruh jumlah siswa.
2. Siklus 1
Observasi yang dilakukan dengan bantuan teman sejawat
pada saat perbaikan pembelajaran dari penyajian 12 butir tentang perilaku siswa
yang diobservasi menunjukkan kemunculan yang bagus yaitu mencapai 85,4%
keaktifan siswa dalam mengikuti perbaikan pembelajaran melalui PTK ini.Data
yang diperolah dari tes setelah melaksanakan diskusi kelompok menunjukkan hasil
dibawah ini :
Nilai
|
Banyak Siswa
Bernilai
|
Jumlah
|
50
|
7
|
350
|
55
|
1
|
55
|
60
|
13
|
780
|
65
|
1
|
65
|
70
|
8
|
560
|
80
|
1
|
80
|
85
|
2
|
170
|
Jumlah nilai
|
2060
|
Nilai rata-rata
kelas = Jumlah nilai
Jumlah siswa
Jumlah siswa
= 2060
33
= 62,42
Tingkat
keaktifan siswa yang tinggi sampai dengan 85,4% dari butir observasi perilaku
siswa menunjukkan hasil yang baik. Empat kelompok kerja diskusi bisa diukur
dari hasil lembar kerja siswa perolehan nilai rata-rata 64,3.
Pada tes akhir
perolehan nilai dibandingkan dengan data awal sebelum perbaikan pembelajaran
ada peningkatan. Data awal yang lulus KKMnya 36,4% dari seluruh jumlah siswa.
Pada siklus satu yang lulus sesuai nilai KKM 51% jadi dengan metode Kooperatif
Jigsaw sangat membantu tingkat keberhasilan siswa pada standar kompetensi
Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar dan
sifat-sifatnya.
3. Siklus 2
Observasi yang dilakukan dengan bantuan teman sejawat
pada saat perbaikan pembelajaran dari 12 butir tentang perilaku siswa yang di
observasi menunjukkan kemunculan meningkat dari 85,4%. Keaktifan siswa menjadi
89% dalam mengikuti perbaikan pembelajaran melalui PTK ini.
Data yang diperolah dari tes setelah melaksanakan
diskusi kelompok menunjukkan hasil dibawah ini :
Nilai
|
Banyak Siswa
Bernilai
|
Jumlah
|
50
|
1
|
50
|
60
|
10
|
600
|
65
|
1
|
65
|
70
|
10
|
700
|
75
|
6
|
450
|
80
|
1
|
80
|
85
|
2
|
170
|
100
|
2
|
200
|
Jumlah nilai
|
2315
|
Nilai rata-rata = Jumlah nilai
Jumlah siswa
= 2315
33
33
= 70,15
Keaktifan siswa
dari butir observasi perilaku siswa menunjukkan data yang meningkat pada siklus
I adalah 85% menjadi 88% juga pada tes dalam proses yang merupakan metode
Kooperatif Jigsaw pada siklus pertama memperoleh nilai rata-rata 62,42
meningkat menjadi 70,5.
Pada hasil tes
akhir perolehan nilai dibandingkan dengan perolehan pada siklus I juga ada
peningkatan dari lulus nilai kkmnya 36,3 % pada siklus pertama meningkat menjadi
70,5 % pada siklus dua
4. Siklus III
Data yang diperolah dari tes setelah melaksanakan diskusi kelompok
menunjukkan hasil dibawah ini.
Nilai
|
Banyak Siswa
Bernilai
|
Jumlah
|
60
|
6
|
360
|
65
|
1
|
65
|
70
|
12
|
840
|
75
|
4
|
300
|
80
|
1
|
80
|
85
|
2
|
170
|
90
|
2
|
180
|
100
|
5
|
500
|
Jumlah nilai
|
2495
|
Nilai rata-rata = Jumlah nilai
Jumlah siswa
= 2495
33
= 75,61
Padaakhir
pelaksanaan tindakan kelas guru sebagai peneliti melakukan diskusi dengan guru
pengamat aktivitas guru peneliti.
Merumuskan dan membahas data-data yang diperoleh dari hasil evaluasi siswa,
hasil pengamatan aktivitas siswa juga aktivitas
guru peneliti dihasilkan adanya
perbaikan pembelajaran.
Dari data-data yang sudah diperoleh baik pengumpulan nilai siswa, skor
prosentase pengamatan terhadap aktivitas siswa juga aktivitas guru peneliti sudah banyak kemajuan.
7.
Simpulan
Berdasarkan perbaikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan di kelas IV
semester 2 SD Negeri 2 Cimerak Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis dari analisis
data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif
tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPA tentang kompetensi dasar memahami berbagai
bentuk energi dan cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari, hasil belajar siswa
semakin meningkat. Sebelumnya data hasil belajar siswa yang lulus nilai KKM
sebesar 36,4 % kemudian setelah diupayakan perbaikan pembelajaran dimulai dari
siklus I hasil belajar siswa sudah meningkat menjadi 70,1%, dilanjutkan lagi
siklus kedua prestasinya meningkat lagi kelulusan nilai KKM sebesar 66,4%, dan
di siklus ketiga kelulusan semakin meningkat sebesar 75,61%.
Hasil yang selalu meningkat dari setiap siklusnya menandakan
pembelajaran IPA tentang kompetensi dasar memahami berbagai bentuk energi dan
cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan model kooperatif
tipe jigsaw disimpulkan berhasil
meningkatkam minat dan hasil belajar siswa.
8.
Daftar Pustaka
Andayani. 2008. Pemantapan Kemampuan Mengajar.
Jakarta : Tiga serangkai.
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta : Bumi Aksara
Mulyati, Yeti. M.Pd. 2004. Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Dikelas Rendah : Jakarta : Tiga serangkai.
Wardhani, I. G. K. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Tiga serangkai.
Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar Dan
Pembelajaran. Jakarta : Tiga serangkai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar